Apakah Anda sering merasa berbicara dengan hewan peliharaan seperti berbicara dengan teman manusia? Mungkin Anda memberi nasihat, menanyakan perasaan mereka, atau bahkan meminta pendapat mereka tentang keputusan penting.
Meskipun bagi sebagian orang hal ini terdengar lucu, dalam dunia psikologi, perilaku ini justru mencerminkan kepribadian tertentu yang sangat menarik. Mari kita selami lebih dalam!
Anthropomorphism: Mengapa Kita Sering Berbicara dengan Hewan Peliharaan?
Berbicara dengan hewan peliharaan seolah berbicara dengan manusia bukan sekadar kebiasaan lucu. Ini adalah bentuk komunikasi yang psikolog sebut anthropomorphism, yaitu kecenderungan manusia untuk memberikan sifat-sifat manusia pada peliharaan, benda mati, atau konsep abstrak.
Menurut para psikolog, orang-orang yang sering melakukan ini cenderung memiliki kombinasi dari tujuh ciri kepribadian unik berikut:
1. Empati Tinggi: Merasakan Emosi Non-Verbal
Orang yang berbicara dengan hewan peliharaan mereka seringkali memiliki empati yang sangat berkembang. Mereka mampu memahami dan merasakan emosi makhluk lain, bahkan jika makhluk tersebut tidak dapat berbicara secara verbal. Interaksi ini menunjukkan bahwa mereka peka terhadap isyarat emosional non-verbal seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, atau nada suara hewan.
Psikolog menyebut fenomena ini sebagai emotional attunement. Otak orang yang empatik secara alami mencoba “mengisi kekosongan” komunikasi dengan asumsi bahwa peliharaan memiliki perasaan yang mirip dengan manusia. Jadi, ini bukan sekadar imajinasi, melainkan bentuk kepekaan terhadap makhluk hidup lainnya.
2. Kecenderungan Merawat (Nurturing Instinct): Ikatan Hormon Oksitosin
Berbicara dengan hewan juga mencerminkan naluri keibuan atau naluri merawat yang kuat. Baik pria maupun wanita, orang-orang dengan naluri merawat akan lebih mudah membangun hubungan emosional dengan hewan peliharaan. Mereka memperlakukan peliharaan sebagai “anak” atau bagian dari keluarga yang memerlukan perhatian dan kasih sayang Anda.
Penelitian menunjukkan bahwa hormon oksitosin, yang sering disebut sebagai hormon cinta atau ikatan sosial, meningkat saat seseorang berinteraksi dan berbicara dengan hewan peliharaan mereka. Ini memperkuat ikatan emosional antara Anda dan hewan kesayangan.
3. Tingkat Kecerdasan Sosial Tinggi: Menjalin Kemitraan Sosial
Kemampuan untuk berbicara dengan hewan dan “memasukkan” mereka ke dalam percakapan manusia juga berakar dari kecerdasan sosial yang tinggi. Orang dengan kecerdasan sosial mampu membaca dinamika sosial dan membangun ikatan, bahkan dengan makhluk yang tidak berbicara.
Mereka menggunakan peliharaan sebagai “partner sosial” dalam berbagai situasi, menunjukkan adaptasi sosial yang luar biasa.
4. Kreativitas dan Imajinasi Tinggi: Menciptakan Dunia Interaksi
Membayangkan bahwa kucing Anda mengerti curhatan Anda atau anjing Anda setuju dengan pendapat Anda menunjukkan adanya imajinasi yang hidup. Orang kreatif sering memproyeksikan cerita, karakter, dan dialog ke dalam kehidupan sehari-hari mereka, termasuk dalam hubungan dengan hewan.
Mereka bahkan mungkin menciptakan suara atau “kepribadian” bagi hewan peliharaan mereka, berbicara seolah-olah peliharaan itu membalas percakapan Anda.
Ini bukan tanda delusi, melainkan cara otak kreatif memproses dunia dengan penuh warna dan koneksi.
5. Kesepian atau Butuh Koneksi Emosional: Hewan Sebagai Pendengar Setia
Psikologi juga menunjukkan bahwa berbicara dengan hewan peliharaan sering menjadi bentuk kompensasi bagi mereka yang sedang mengalami kesepian atau membutuhkan koneksi emosional yang stabil. Peliharaan menjadi pendengar yang setia, tanpa menghakimi, yang dapat memberikan kenyamanan emosional yang sangat dibutuhkan.
Meskipun kesepian bisa menjadi faktor, hal ini justru membantu banyak orang menjaga kesehatan mental mereka, yang terbukti menurunkan stres dan meningkatkan perasaan diterima.
6. Keterbukaan terhadap Pengalaman Baru (Openness to Experience): Jiwa Petualang Emosional
Dalam teori kepribadian Big Five, orang yang sering berbicara dengan hewan peliharaan biasanya memiliki skor tinggi dalam dimensi “Openness“. Mereka terbuka terhadap ide-ide baru, cenderung imajinatif, dan menikmati eksplorasi emosional maupun intelektual, termasuk berkomunikasi dengan makhluk non-manusia. Ini menunjukkan fleksibilitas pikiran yang luar biasa.
7. Kepekaan Terhadap Detail Emosional: Mengamati Bahasa Tubuh Hewan
Berbicara dengan hewan melibatkan interpretasi ekspresi wajah kecil, perubahan gerakan ekor, atau suara kecil seperti dengkuran atau gonggongan. Mereka cenderung memiliki kemampuan observasi yang tajam terhadap detail-detail emosional yang sering diabaikan oleh orang lain. Mereka peka terhadap nuansa komunikasi non-verbal.
Jadi, Apakah Anda Aneh Jika Berbicara dengan Hewan? Sama Sekali Tidak!
Faktanya, psikologi memandang ini sebagai tanda kecerdasan emosional, empati, dan kecenderungan membangun ikatan yang sehat. Ini adalah bagian dari bagaimana manusia berusaha menciptakan koneksi di dunia sosialnya—bahkan jika itu dengan makhluk berbulu berkaki empat.
Berbicara dengan hewan adalah bentuk kasih sayang yang manusiawi, dan di baliknya tersembunyi kepribadian yang kaya, penuh empati, serta jiwa yang hangat.
Jadi, teruslah berbicara dengan teman berbulu Anda, karena itu menunjukkan siapa diri Anda sebenarnya!